Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Bupati Tangerang Menghadiri Isbat Nikah di Kecamatan Pakuhaji



Kabupaten Tangerang - Mitrapubliknews.com - Sebanyak 40 Pasangan Pengantin di Aula Gedung Serba Guna Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang, telah di adakan Perkawinan Massal, atau isbat nikah oleh Majelis Ulama Indonesia Pusat, dalam rangka Milad MUI Pusat yang Ke-50 Tahun, Jumat (18 Juli 2025).


Gelar acara berlangsung di hadiri dari 8 Desa dan 1 Kelurahan diantaranya, Desa Buaran Bambu, Desa Kali Baru, Desa Boni Sari, Desa Sukawali, Desa Kramat, Desa Kohod, Desa Laksana, Desa Paku Alam dan Kelurahan Pakuhaji, Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang.



Moch Maesyal Rasid, Bupati Tangerang dalam sambutan, Mengucapkan terima kasih kepada MUI Pusat yang sudah membantu isbat nikah di kecamatan pakuhaji yang ke dua kalinya, dan mudah mudahan di tahun berikutnya bisa di laksanakan di berbagai kecamatan lain, karena kecamatan Pakuhaji sudah melaksanakan 2 kali berturut turut dari tahun 2024 sampai 2025, dan mudah mudahan kepada pasangan pengantin yang hari ini melaksanakan isbat nikah, dan mendapatkan surat nikah dari pengadilan agama kabupaten Tangerang, dapat bermanfaat, dan nantinya bisa di gunakan untuk keperluan administrasi pemerintah, misalnya untuk naik haji,membuat status adminduk, seperti KK/KTP, dan yang lainnya," Ucap Bupati saat sambutan.


di tempat Yang sama, Rofik, S.Ag Waka Sekjen MUl Pusat beserta jajarannya, KH.Entis Sutisna Perwakilan MUI Kabupaten Tangerang, H.A.Havizh Martinus S.Ag.SH.MH, Wakil Pengadilan Agama Kabupaten Tangerang, Gatot S.Sos, Staf Dukcapil Kabupaten Tangerang, H.Supriatna S.Ip,MM, Camat Pakuhaji, perwakilan dari Ketua KUA Kecamatan Pakuhaji, Hasan Basri, MUI Kecamatan Pakuhaji dan Siswoyo Ketua Relawan Keagamaan kecamatan Pakuhaji. memberikan motivasi kepada Para Pengantin Pria dan Wanita, Se kecamatan Pakuhaji, di adakannya Sidang Isbat Pernikahan Massal di GSG Kecamatan Pakuhaji ini, disamping Milad ke 50 MUI PUSAT, dan memberikan syari'ah ekonomi untuk masyarakat yang belum mempunyai Buku Akte Nikah karena keterbatasan ekonomi atau kawin sirih, karena Buku Akte Nikah ini sangat penting untuk di miliki, karena dapat di gunakan untuk masuk Sekolah, Berangkat Haji, Umroh, dan Surat menyurat lainnya, dan Alhamdullilah ada 40 pasangan Pengantin di 8 desa dan 1 Kelurahan di Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang," Ujarnya.



H.A. Havizh Martinus S.A SH MH, Wakil Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Tangerang, selaku Panitia Isbat, yang mengucapkan Selamat Milad MUI Pusat yang ke 50 Tahun, dan memberikan ucapan terimakasih kepada MUI PUSAT, yang sudah memberikan syari'ah ekonomi yang di buatkan Buku Akte Nikah, dari Pasangan Pengantin yang Berumur 18 Tahun sampai dengan Umur 50 Tahun, sebanyak 40 Pasangan Pengantin se-Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang," Ucapannya.


Siswoyo,. Ketua Relawan Keagamaan Kecamatan Pakuhaji, sebagai Panitia Pelaksana Pasangan Pengantin Massal se-Kecamatan Pakuhaji, yang sudah merekrut di 8 Desa dan 1 Kelurahan dengan bekerja keras bersama rekan-rekan tanpa pamrih dan ikhlas membantu masyarakat untuk kepentingan umat dan pemberdayaan masyarakat yang tidak mampu untuk membuat Buku Akte Nikah,  dan saya berterima kasih kepada MUI Pusat, yang sudah memberikan kepercayaan dan fasilitasnya kepada masyarakat Kecamatan Pakuhaji yang belum mempunyai Buku Akte Nikah di karenakan faktor ekonomi dan ketidak Tahuan pentingnya mempunyai Buku Nikah karena dapat di pergunakan untuk kebutuhan surat menyurat atau korespondensi yang tadi sudah di jelaskan oleh Rofik S.Ag Waka Sekjen MUI Pusat, dan acara ini berjalan lancar tertib, aman dan penuh hikmat, Amin yaa Robbal Alamin," Pungkasnya.


(muldowva)

Rano Alfath Ajak Para Santri Ponpes Al Badar Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan


Tangerang Kabupaten - Mitrapubliknews.com - Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Moh. Rano Alfath, kembali meneguhkan komitmennya dalam membumikan nilai-nilai kebangsaan di kalangan generasi muda. 

Kali ini, sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan digelar di lingkungan Pondok Pesantren Al-Badar, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang Sabtu, (28 Juni 2025).Sebuah pesantren binaan langsung Bang Rano yang telah lama dikenal aktif dalam pembinaan moral dan intelektual santri.

Kegiatan ini mengusung tema “Santri Sebagai Penjaga Nilai-Nilai Kebangsaan dan Keislaman”. Lebih dari 200 santri mengikuti kegiatan ini dengan antusias, menandai kesungguhan pesantren dalam turut menjaga harmoni dan persatuan bangsa melalui jalur pendidikan.

Dalam sambutannya, Rano menegaskan bahwa pemahaman terhadap Empat Pilar Kebangsaan – Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) – bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tanggung jawab moral kaum santri sebagai generasi penerus bangsa.

“Santri itu bukan cuma belajar kitab, tapi juga belajar mencintai tanah air. Karena cinta tanah air itu bagian dari iman. Maka, pemahaman terhadap Pancasila dan UUD 1945 harus menjadi bagian dari jiwa santri, supaya ketika nanti kalian pulang ke masyarakat, kalian jadi agen perubahan yang menjaga persatuan dan keberagaman,” ujar Rano di hadapan para santri.



Politikus muda PKB yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini menekankan pentingnya sinergi antara nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin. 

Menurutnya, pondok pesantren merupakan pilar strategis dalam menjaga identitas kebangsaan sekaligus memperkuat nilai-nilai keagamaan yang toleran.

Dalam sesi dialog interaktif, para santri tidak hanya mendengarkan paparan materi, tetapi juga aktif menyampaikan pandangan dan pertanyaan seputar tantangan kebangsaan, posisi santri dalam politik kebangsaan, serta peran pesantren di tengah isu-isu seperti radikalisme, intoleransi, dan disinformasi digital.

Salah satu santri, Fadlan, bertanya mengenai bagaimana seorang santri bisa tetap menjaga prinsip Islam sambil aktif dalam kegiatan sosial-kebangsaan. Menanggapi hal tersebut, Rano menjelaskan bahwa sejarah telah membuktikan betapa besar kontribusi para ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

“KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, Gus Dur – semuanya santri, dan mereka bukan hanya tokoh agama, tapi juga tokoh bangsa. Jadi, tidak ada kontradiksi antara menjadi santri dan menjadi patriot bangsa. Justru santri itu benteng terakhir moralitas bangsa,” ungkapnya.

Acara yang berlangsung penuh khidmat namun tetap dinamis ini juga diselingi dengan penampilan seni budaya dari para santri, yang menggambarkan semangat cinta tanah air dan pentingnya menjaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah.

Menutup acara, Rano mengajak seluruh peserta untuk terus menjadi santri yang tidak hanya alim secara keilmuan, tapi juga cakap dalam menghadapi tantangan zaman.

“Kalian ini calon pemimpin masa depan. Jangan pernah merasa kecil sebagai santri. Justru dari pesantren lah lahir kader-kader bangsa yang siap menjaga Indonesia dengan akhlak, ilmu, dan semangat kebangsaan. Mari terus rawat kebhinekaan ini bersama, dari Balaraja untuk Indonesia,” pungkasnya dengan penuh semangat.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan MPR RI dan PKB dalam merawat semangat nasionalisme yang inklusif, serta meneguhkan posisi santri sebagai ujung tombak dalam menjaga keutuhan NKRI di tengah keragaman budaya dan agama," Pungkasnya.


(*/Red).

Anggota PWI Kota Tangerang Mengikuti Acara Tradisi kirab pusaka 1 Suro 2025 di Surakarta

Organisasi


 

SURAKARTA - Mitrapubliknews.com -Memperingati malam 1 Suro, masyarakat Jawa kerap menggelar berbagai tradisi yang dipercayai penuh sarat makna spiritual dan budaya. Di Surakarta, Pura Mangkunegaran tetap setia menjaga tradisi leluhur melalui Kirab Pusaka Dalem 1 Suro, Jum'at (27 Juni 2025).

Tradisi kirab pusaka adalah sebuah prosesi arak-arakan yang melibatkan benda-benda pusaka yang dianggap sakral dan memiliki nilai historis-spiritual dalam suatu keraton.

Ketua PWI Kota Tangerang Herwanto selaku Pemimpinan redaksi media Suluhnews bersama pengurus ikut  menghadiri acara kegiatan di Surakarta. 

Kirab pusaka biasanya dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian acara adat atau keagamaan, terutama dalam peringatan malam 1 Suro yang menandai Tahun Baru Islam menurut penanggalan Jawa. Tradisi kirab sudah ada sejak era. kepemimpinan Mangkunegara 1.

Secara khusus, kirab pusaka menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan warisan budaya, sekaligus sebagai permohonan keselamatan dan berkah di tahun yang baru.

Kirab pusaka juga merupakan ruang refleksi diri yang menghubungkan masa lalu (Atita), masa kini (Atiki), dan masa depan (Anagata). Selain itu, juga untuk memperkuat ikatan sosial dan identitas budaya masyarakat Jawa.

Prosesi tradisi ini kerap melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga keraton, abdi dalem, hingga warga umum yang ingin bergabung dan berpartisipasi dalam acara tersebut.

Tahun 2025, Kirab Pusaka Dalem 1 Suro Dal 1959 Mangkunegaran akan digelar pada Kamis, 26 Juni pukul 19.00 WIB di Pura Mangkunegaran, Surakarta. Acara tradisi ini terbuka untuk umum secara gratis.

Dalam kirab, masyarakat juga dapat mengikuti prosesi semedi di Pendhapa Ageng mulai pukul 00.00 hingga 01.00 WIB.

Kemudian, terdapat prosesi "Laku Tapa Bisu" yakni ritual mengelilingi Pura Mangkunegaran dengan berjalan kaki tanpa alas, tidak bersuara, hingga tidak melakukan aktivitas lainnya.

Prosesi tersebut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan pada tahun sebelumnya dan menuju perjalanan baru. Sehingga energi lama dilepaskan dan pemaknaan baru telah dibuka.

Pusaka dalem pada Laku Tapa Bisu akan dibawa abdi dalem Makunegaran dan diikuti barisan kirab yang dipimpin cucuk lampah.

Rute Kirab Pusaka 1 Suro Dal 1959 akan dimulai dari Pura Makunegaran, Koridor Ngarsopuro, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Kartini, Jalan R.M. Said, Jalan Teuku Umar, Jalan Slamet Riyadi, Koridor Ngarsopuro, dan kembali ke Pura Mangkunegaran.

Mengikuti aturan adat, masyarakat yang hadir dalam acara ini perlu memakai pakaian yang sesuai, yaitu kemeja hitam dan bawahan kain yang tidak berkain batik motif parang, lereng, atau kain bludru.

Sementara aturan pakaian untuk masyarakat yang menjadi peserta kirab pusaka, yakni sebagai berikut:

Laki-laki: Beskap Mangkunegaran berwarna hitam, blangkon Mangkunegaran, jarik sogan (tidak bermotif parang atau lereng), dan keris.

Perempuan: Kebaya berwarna hitam, jarik sogan (tidak bermotif parang atau lereng dan berbahan bludru, rambut diukel dengan tusuk konde (bagi non-hijab).

Marsudin Seksi keanggotaan PWI Kota Tangerang mengatakan,dengan kita menghadiri kegiatan Kirab Pusaka 1 Suro yang ada di daerah Surakarta untuk mengetahui acara adat 1 Suro yang ada di daerah Surakarta.

"Ini menambah pengalaman kita dalam mengetahui kegiatan adat di daerah,semoga kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi diri saya dan rekan rekan PWI Kota Tangerang, "tutur Marsudin.

Terlihat anggota SAKA Bhayangkara Pramuka pun ikut dalam kegiatan tersebut.

Demikian tradisi kirab pusaka 1 Suro bagi masyarakat Jawa, yang menjadi momentum untuk memulai tahun baru dengan hati bersih, jiwa tenang, sekaligus menjaga warisan budayanya

Pengurus PWI Jaya Hadiri Pembukaan Disvover Betawi Art & Culture di Hotel Borobudur




JAKARTA - Mitrapubliknews.com - Dalam rangka menyambut HUT ke- 498 Kota Jakarta, Hotel Borobudur Jakarta mempersembahkan serangkaian program budaya dengan judul Discover Betawi Art & Culture. Program ini dilangsungkan selama Juni dan Juli 2025 dengan menampilkan beragam seni dan budaya Betawi. Peresmian pembukaan Discover Betawi Art & Culture dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, H.Rano Karno alias Bang Doel, Selasa sore (10 Juni 2025).

Acara pembukaan Discover Betawi Art & Culture yang dipusatkan di lobi Hotel Borobudur ini juga dihadiri perwakilan Pengurus Harian PWI Jaya, yakni Ketua PWI Jaya Kesit Budi Handoyo, Sekretaris Arman Suparman, dan Wakil Ketua Bidang Kerja Sama, Kemitraan & Hubungan Antarlembaga, Tb Adhi.

Dalam penyelenggaraannya, Hotel Borobudur Jakarta berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Lembaga Kebudayaan Betawi, Yayasan Negeri Rempah, Forum Pembauran Kebangsaan, Akademi Kuliner Indonesia, Bens Radio, Komunitas Bambu, dan Institut Kesenian Jakarta.

H. Rano Karno mengapresiasi kegiatan ini. Menurut dia, Hotel Borobudur menjadi mitra strategis dalam melestarikan kebudayaan Betawi secara berkelanjutan.

"Discover Betawi Art & Culture bukan sekadar festival seni, melainkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku budaya, pemerintah daerah. Inisiatif ini menghadirkan kekayaan budaya Betawi ke ruang-ruang strategis kota, tempat yang menjadi simbol pertemuan warga lokal dan tamu dari berbagai dunia," ujar Rano Karno.

Rano Karno menegaskan bahwa dalam program ini Hotel Borobudur Jakarta menjadi ruang ekspresi yang memadukan nostalgia dan inovasi, tradisi, hingga kreativitas.

"Ini panggung bagi budaya Betawi untuk tampil sebagai jiwa kota yang dinamis dan terbuka tanpa kehilangan akar sejarahnya," papar Rano Karno yang antara lain didampingi Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Eric Phahlevi Zakaria Lumbun," tegasnya.

Acting General Manager Hotel Borobudur Jakarta Anggie Ayuningtyas, menyampaikan apresiasi terhadap para mitra kolaborator.

"Tanpa semangat kolaborasi, acara ini tidak akan dapat terselenggara dengan baik. Semoga sinergi ini terus berjalan dan menginspirasi lebih banyak kegiatan pelestarian budaya ke depannya," tucap dia.

Selama Juni dan Juli, Hotel Borobudur Jakarta akan menghadirkan Pojok Betawi dengan menampilkan lukisan khas Betawi karya maestro Sarnadi Adam, koleksi buku sejarah serta biografi Benyamin Sueb, hingga film dan foto-foto kenangan dari sang legenda. Para tamu diajak menyelami kekayaan budaya Betawi melalui berbagai media.

Discover Betawi Art & Culture juga menghadirkan Betawi Bazaar yang dikhususkan bagi UMKM dengan produk bertema budaya Betawi. Setiap akhir pekan, pengunjung dapat menikmati penampilan Gambang Kromong di lobi utama hotel bersamaan dengan kemeriahan Pasar Senggol, menyajikan kuliner khas dan hiburan layar tancep serta karaoke bernuansa Betawi.

Untuk menambah semarak, akan digelar Kompetisi Kuliner Betawi pada 12 Juni 2025 dengan tema "Warisan dan Modernisasi Kuliner Khas Betawi". Lalu program "Jalan-jalan Nyok" pada 21 Juni 2025 akan mengajak peserta berjalan kaki mengelilingi kawasan sekitar Hotel Borobudur Jakarta sambil mengenal sejarah dan budaya lokal bersama Komunitas Bambu.

Pada puncak perayaan 22 Juni 2025 diadakan Festival Pencak Silat Tradisi Betawi dan Pawai Betawi. Sementara itu, penghujung Juni akan dimeriahkan dengan Festival Band bertema "Tribute to Benyamin Sueb" pada 25 hingga 29 Juni 2025.

Memasuki Juli sebagai penutup, akan digelar Workshop Lukisan Betawi bersama pelukis Sarnadi Adam untuk mengajak peserta mengenal lebih dalam kebudayaan Betawi pada 5 Juli 2025. 

Sarnadi Adam, 69 tahun, memakerkan enam lukisannya di acara Discover Betawi Art & Culture. "Saya sudah 40 tahun melukis," ucap Sarnadi Adam, yang juga dosen senirupa di UNJ.

Sebagai bagian dari perayaan Discover Betawi Art & Culture, Hotel Borobudur Jakarta menghadirkan berbagai penawaran yang berlaku hingga 30 Juli 2025. Dapatkan harga spesial menginap mulai dari Rp 1.380.000 net per malam per kamar (minimum menginap dua malam), sudah termasuk sarapan untuk dua orang di Bogor Cafe serta voucher F&B senilai Rp 75.000 net per kamar per malam yang dapat digunakan di Pasar Senggol, Miyama Japanese Restaurant dam Teratai Chinese Restaurant.

Tambahan keuntungan lainnya meliputi diskon 15% untuk bersantap di Bogor Cafe, Miyama, dan Teratai Restaurant, serta diskon 20% untuk layanan spa dan pijat di Klub & Spa Borobudur. Tak hanya itu, tamu juga akan mendapatkan dua tiket per kamar untuk menikmati pengalaman budaya di Museum Nasional dan Immersiva," Pungkasnya.


(*/Red)

Semarak antusias Festival Bedug ke-34 Kecamatan Teluknaga dilaksakan dengan meriah dan penuh dengan kekompakan.



KABUPATEN TANGERANG - Mitrapubliknews.com - Festival Bedug di Kecamatan Teluknaga adalah ajang membudidayakan budaya religi di moment  Idul Adha Sejumlah pemuda mengikuti Festival Bedug 2025 yang digelar di depan Kantor Kecamatan Teluknaga ( Alun - alun Kecamatan Teluknaga, Minggu (8 Juni 2025).

Festival Bedug diselenggarakan untuk menyemarakkan idul adha 1448 Hijriah. Ada sekitar 19 kelompok pemuda dari 13 Desa yang ada di Kecamatan Teluknaga, mengikuti kompetisi Festival Bedug 2025.

Ketua Karang Taruna kecamatan Teluknaga Malik, mengatakan sebelum mengikuti festival, para pemuda ini memang sudah d audisi oleh panitia festival bedug sebelum acara puncak festival bedug," ucapnya.



Ini kami lakukan untuk mencegah agar para pemuda di Kecamatan Teluknaga terhindar dari kegiatan negatif seperti tawuran dan hal-hal yang tidak baik". Kata Camat Teluknaga. Zam Zam Manohara, S.STP

Festival Bedug di Kecamatan Teluknaga sedikit berbeda karena para peserta lomba biasanya menggunakan busana Muslim, dalam festival ini para peserta justru kompak menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah.

"Mulai dari pakaian adat Betawi, serta pakaian adat kombinasi lainnya. Malik mengaku tak ada aturan khusus terkait kostum para peserta tapi karena ini sifatnya religi yang dikemas dengan budaya.

“Sebagai identitas kita di sinilah indahnya agama Islam", pakaian yang digunakan para peserta sopan atau menutup aurat. "Pakaian tidak harus pakai baju koko, karena yang penting baju-baju budaya memenuhi syarat-syarat menutup aurat," kata Sdr. Malik Ketua Karang Taruna Kecamatan Teluknaga," Pungkasnya.


(*/Red)

Seba Baduy 2025 : Banten Genius Merawat Budaya Menjaga Tradisi



BANTEN - Mitrapubliknews.com - Seba Baduy salah satu ritual budaya paling sakral dan bermakna di Provinsi Banten, kembali terlaksana dengan penuh keteguhan hati masyarakat Baduy, Sabtu (3/Mei/2025).

Dari Kanekes mereka berjalan kaki menuju pusat pemerintahan di Rangkasbitung dan Serang, membawa pesan damai dan amanah leluhur: "Kami titipkan hutan, kami titipkan gunung." Sebuah pesan sederhana namun dalam maknanya tentang harmoni, kearifan lokal, dan tanggung jawab ekologis yang diwariskan turun-temurun.

Namun, di tengah ramainya narasi tentang pentingnya budaya sebagai jati diri bangsa dan daerah, ironi justru tampak nyata. Hampir tidak terlihat kehadiran "para pihak" yang selama ini mengangkat nama Baduy dalam proposal, seminar, hingga festival. Entitas-entitas yang kerap berbicara lantang soal pelestarian budaya, nyaris absen dalam momen paling otentik dan sakral dari masyarakat Baduy itu sendiri.



Apresiasi dan dukungan nyata justru datang dari satu organisasi yang masih berumur jagung  "Banten Genius".

Meski baru berdiri, Banten Genius  hadir bukan hanya dengan simbolik, tapi dengan tindakan konkret yaitu dengan  menyediakan air mineral sebanyak 10 krat dan  minuman kemasan bagi para warga Baduy yang menempuh perjalanan panjang dalam ritual Seba. Sebuah bentuk empati yang tak banyak disuarakan namun sangat terasa maknanya.

Ketua Umum Banten Genius Yemmelia, ditemui  disela-sela acara seba mengatakan, dukungan Banten Genius dalam Seba Baduy 2025  merupakan bentuk perhatian khusus kepada masyarakat baduy yang sedang menjalankan ritual adatnya.

Disisi lain, Yemmelia juga menilai, pelaksanaan Seba Gede tahun ini berjalan cukup lancar dan tertib.

"Kedepan  masih ada beberapa hal yang mesti dilengkapi karena kita berharap tahun depan  Seba Baduy dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Untuk itu semoga kemasannya  dapat lebih dilengkapi," ucap Yemmelia.



Sementara itu, Sekjend Banten Genius  Ahmad Yani dalam momen Seba Baduy 2025 kali ini mengingatkan bahwa, dalam menjaga  tradisi tidak cukup dilakukan hanya lewat  spanduk, seminar, atau festival tahunan namun butuh keberpihakan nyata, terutama saat pelakunya sendiri menjalankan ritualnya dalam kesunyian.

"Kita tidak bisa terus-menerus memanen citra dari budaya tradisional tanpa pernah hadir dalam proses keseharian mereka," tukasnya. 

Ditambahkan Ahmad Yani, Seba Baduy bukan sekadar kirab adat namun merupakan napas panjang kebudayaan Nusantara yang menolak punah oleh modernitas. 

"Ketika tradisi ini berjalan tanpa banyak yang menyertai, sesungguhnya kita sedang diuji.  Benarkah budaya masih menjadi roh dalam kehidupan berbangsa. Atau sudah tergantikan oleh simbolisme yang hampa," tandasnya.

"Banten Genius memilih untuk hadir tanpa pretensi, memberi tanpa pamrih, dan memahami bahwa tradisi tidak hanya untuk dipamerkan, tetapi untuk dihormati dan dijaga bersama," pungkas Ahmad Yani  menambahkan," pungkasnya.


(*/Red)